nOu°sty
Jelia duduk di atas atap rumahnya, menatap langit yang gelap. Malam ini terasa lebih tenang dari biasanya. Angin malam berhembus perlahan, membawa kesejukan yang menyentuh kulitnya.
Ia selalu merasa nyaman dengan suasana seperti ini, ketika dunia seakan terhenti, hanya suara angin dan desahan napasnya yang terdengar.
Bagi Jelia, malam adalah teman terbaik. Saat semua orang terlelap, ia merasa bisa mendengar dan merasakan lebih banyak. Di bawah cahaya bulan yang samar, ia bisa bebas merenung, tanpa gangguan.
Keheningan malam memberikan ruang bagi pikirannya untuk berjalan bebas, menemukan makna yang sering terlupakan di tengah hiruk-pikuk siang.
Angin malam yang dingin menyapu rambutnya yang panjang, dan ia menutup mata, menikmati sentuhan dingin itu. Ada sesuatu yang magis tentang malam, sesuatu yang membuat Jelia merasa lebih hidup.
Saat malam tiba, dunia seakan miliknya, penuh dengan misteri yang menanti untuk diungkap.
Ia memandang bintang yang tersebar di langit, seolah mereka bercerita padanya dalam diam. Bintang-bintang itu seolah mengerti, bagaimana Jelia mencintai keheningan yang mereka bawa.
Ada kedamaian dalam gelapnya malam, yang tidak bisa ia temukan di siang hari yang penuh hiruk-pikuk.
Namun, tidak hanya itu yang ia sukai. Ada keindahan dalam kesendirian malam, dalam keheningan yang menyelubungi. Dengan angin dingin yang berhembus, Jelia merasa seakan seluruh dunia menyambutnya, mengingatkan betapa kecilnya ia di hadapan alam semesta yang luas, namun juga memberinya rasa tenang yang tidak bisa didapatkan dari apapun.
Dalam hening itu, Jelia merasa bebas. Tak ada beban, tak ada keramaian, hanya dirinya dan malam yang setia menemaninya.
Dan ketika angin malam itu semakin dingin, ia tahu bahwa tidak ada tempat yang lebih nyaman dari ini—di antara gelapnya malam, dihembuskan oleh angin yang membawa kedamaian.
pict by pinterest
Tidak ada komentar:
Posting Komentar